Prof Tajuddin Bantacut memaparkan Pengembangan Proses Produksi Tertutup: Menuju Agroindustri Berkelanjutan dalam orasi ilmiah Guru Besar

Pada tanggal 10 Oktober 2020, staf pendidik Dep. TIN IPB yaitu Prof Tajuddin Bantacut melaksanakan orasi ilmiah guru besar-nya yang berjudul Pengembangan Proses Produksi Tertutup: Menuju Agroindustri Berkelanjutan. Orasi ilmiah dilakukan secara daring mengingat kondisi pandemi dan bisa disaksikan di laman youtube. Prof. Tajuddin adalah dosen tetap pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB sejak 1 Maret 1987. Jabatan Guru Besar Tetap diperoleh mulai tanggal 1 Desember 2019 dengan penugasan di Bidang Teknologi Industri Pertanian. Berikut disampaikan ringkasan orasi Ilmiah Guru Besar dari Prof. Tajuddin Bantacut.

Pemarapan Orasi Ilmiah Guru Besar Prof Tajuddin Bantacut via Daring

Tema ini diambil Prof Tajuddin kerena proses produksi dalam agroindustri hanya “mengambil” sebagian kecil dari hasil pertanian untuk dimanfaatkan, menyisakan sejumlah besar “limbah” yang mengotori dan merusak lingkungan/sumberdaya alam. Pertambahan penduduk dan konsumsi per kapita telah dan akan mempercepat laju penurunan kapasitas lingkungan untuk menyediakan bahan baku serta “menampung” limbah dan dampak dari kegiatan produksi tersebut.

Kehidupan manusia sangat bergantung pada hasil pertanian sebagai bahan pangan, papan, pakan, pakaian, dan energi. Manusia hanya mengambil sebagian kecil dari hasil pertanian tersebut melalui proses yang sederhana (memilah, memilih dan mengawetkan) atau menggunakan teknologi yang kompleks melalui transformasi secara fisik, kimiawi dan bilologis (distilisasi, hidrolisis, fraksinasi, atau isomerisasi). Keterbatasan pengetahuan manusia menyebabkan sebagian besar dari hasil pertanian tersebut tidak atau belum dimanfaatkan secara baik dan “dibuang” sebagai limbah yang dapat, telah, sedang dan akan mencemari lingkungan. Kerusakan lingkungan telah mengakibatkan gangguan produksi tanaman dan hewan, kenyamanan, keamanan, dan daya dukung ekosistem.

Kandungan utama hasil samping pengolahan hasil pertanian (agroindustri) adalah bahan organik seperti karbohidrat, serat, protein, lemak, minyak, vitamin, mineral dan air. Semua senyawa dalam hasil pertanian yang mengandung karbon dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi dan yang mengandung nitrogen (dan unsur hara lainnya) dapat dimanfaatkan sebagai media tumbuh tanaman dan mikroorganisme. Selain itu, air sebagai bagian terbesar dari hasil pertanian (misal dari penguapan nira) dapat dimanfaatkan untuk kepentingan proses, air (baku) minum atau pembentuk produk lainnya.

Permasalahan limbah ini telah menjadi perhatian sejak lama dan mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mulai dari penanganan, pengolahan, daur ulang dan pemanfaatan sebagai bahan baku, pembangkit energi, sampai pada sistem manajemen lingkungan. Perkembangan yang relatif baru adalah kemajuan teknologi bersih (cleaner production) dan pengembangan produksi tertutup (closed loop) sebagai aplikasi dari prinsip ekologi industri.

Banyak penelitian telah membuktikan bahwa limbah agroindustri dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegunaan seperti sumber energi dan bahan baku industri lainnya. Namun demikian, tingkat pemanfaatan masih bersifat parsial dan terbatas. Penerapan teknologi bersih dan ekologi industri memungkinkan pengembangan agroindustri terpadu in situ untuk mengurangi penggunaan bahan (reduce), memaksimumkan penggunaan berulang (reuse), meningkatkan daur ulang (recycle), dan mengembangkan pemanfaatan (utilisation), sehingga penanganan limbah (treatment) menjadi lebih sedikit/murah dan penggelontoran (disposal) menjadi sangat minimal bahkan tidak ada. Integrasi semua kemungkinan ini dalam agroindustri dapat mengurangi input (less input) dan meningkatkan produksi (more outputs; product output dan non-product output). Inilah dasar dari pengembangan sistem produksi tertutup, single input multiple outputs.

Banyak agroindustri yang dapat dirancang untuk menerapkan sistem proses produksi tertutup setidaknya hasil samping yang dibentuk dapat memasok energi yang diperlukan – bahkan surplus (misal pabrik gula, pengolahan tapioka, pengolahan jagung, pengolahan cokelat, dan produksi pati sagu). Air yang diuapkan dapat ditampung untuk memasok kebutuhan air proses atau bahkan menjadi produk baru. Bahan yang terkandung dalam hasil samping tersebut dapat dibentuk menjadi atau diekstrak lagi untuk menghasilkan produk lain yang bernilai (tambah).

Penerapan proses produksi tertutup selain meningkatkan efisiensi juga akan menghindarkan agroindustri dari ancaman kelangkaan energi di masa yang akan datang, membantu mengurangi pencemaran lingkungan serta meningkatkan kesehatan dan mendukung keberlanjutan lingkungan. Pengembangan lebih lanjut dapat menjadikan agroindustri bukan saja sebagai penghasil produk utama tapi juga produk lainnya, pemasok energi dan penyedia air.

Untuk mendukung implementasi secara lebih luas, perlu peningkatan pemahaman konsep tersebut oleh pihak-pihak terkait, terutama potensi manfaat-manfaat yang dapat diperoleh. Pemerintah perlu membuat regulasi yang mengatur pemakaian energi bagi agroindustri yang secara potensial dapat mandiri bahkan surplus energi. Penerapan insentif pajak atau penghargaan lainnya dapat diberikan untuk memajukan agroindustri yang menjadi penopang kebutuhan pangan, energi dan air bagi manusia dan melindungi lingkungan. Agoindustri dengan sistem produksi tertutup adalah penopang kehidupan dan penyelamat lingkungan.

Pelaksanaan Orasi Ilmiah secara Daring